Suatu atom cenderung menarik elektron ketika berikatan dengan atom lain. Kekuatan menarik elektron dari setiap atom ini dinamakan elektronegativitas. Makin kuat suatu atom menarik elektron, atom tersebut makin elektronegatif. Sebaliknya, makin lemah daya tariknya terhadap elektron, atom itu makin elektropositif. Atom yang daya tarik elektronnya lebih kuat, memiliki elektronegativitas lebih besar, sebaliknya atom yang daya tarik elektronnya lebih lemah, elektronegatifnya lebih kecil. Pada tabel periodik unsur (SPU), dalam satu golongan dari atas ke bawah, elektronegatifitas makin kecil. Dalam satu periode dari kiri ke kanan elekronegativitas makin besar. Unsur-unsur non logam memiliki elektronegativitas relatif besar. Elektronegativitas terbesar adalah F, yaitu 4. Dua atom unsur yang sama bergabung menjadi molekul unsur, beda elektronegativitasnya nol, molekul itu memiliki ikatan kovalen non polar dan molekulnya bersifat non polar. Makin besar beda elektronegativitas antar dua atom unsur berbeda yang bergabung, makin polar ikatan kovalennya, makin polar molekulnya. Jika 2 atom unsur dengan beda elektronegativitas yang sangat besar, yaitu antara atom logam dan non logam, maka senyawanya makin bersifat ion. Kedua elektron yang berpasangan tidak lagi ditarik oleh kedua atom, namun tertarik oleh salah satu atom, sehingga terbentuk kation dan anion. Ikatannya adalah ikatan ion.
Menurut konsep yang digunakan oleh IUPAC, terminologi ikatan hidrogen digambarkan sebagai suatu bentuk interaksi elektrostatikantara atom hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif dengan atom elektronegatif lainnya, Interaksi elektrostatik tersebut diperkuat oleh kecilnya ukuran atom hidrogen yang memudahkan terjadinya interaksi dipol–dipol antara atom donor proton dengan atom akseptor proton.
KEPOLARAN
Sebuah atom yang berikatan dengan atom lain saling tolak menolak sehingga berada dalam jarak terjauh dengan atom yang diikatnya. Kepolaran senyawa adalah perilaku suatu zat yang menyerupai medan magnet, yaitu terdapat kutub sementara yang disebut dipol. Dipol dapat menyebabkan gaya tarik-menarik atau tolak-menolak dalam senyawa.
IKATAN VAN DER WAALS
Gaya Van Der Waals merupakan gaya tarik menarik listrik yang
relatif lemah akibat kepolaran molekul yang permanen atau terinduksi (tidak
permanen). Kepolaran permanen terjadi akibat kepolaran ikatan dalam molekulnya,
sedangkan kepolaran tidak permanen terjadi akibat molekulnya terinduksi oleh
partikel lain yang bermuatan sehingga molekul bersifat polar sesaat secara
spontan. Gaya Van Der Waals dapat terjadi antara partikel yang sama atau
berbeda. Karena Ikatan Van Der Waals muncul akibat adanya kepolaran, maka
semakin kecil kepolaran molekulnya maka gaya Van Der Waalsnya juga akan makin
kecil.
GAYA VAN DER WAALS dibagi berdasarkan jenis kepolaran
partikelnya :
1. INTERAKSI ION – DIPOL (MOLEKUL POLAR) Terjadi interaksi
(berikatan) / tarik menarik antara ion dengan molekul polar (dipol). Interaksi
ini termasuk jenis interaksi yang relatif cukup kuat.
2. INTERAKSI DIPOL –
DIPOL Merupakan interaksi antara sesama molekul polar (dipol). Interaksi ini
terjadi antara ekor dan kepala dari molekul itu sendiri. Berlawanan kutub
saling tarik menarik dan jika kutubnya sama saling tolak – menolak. Partikel
penginduksi dapat berupa ion atau dipol lain
3. INTERAKSI ION –
DIPOL TERINDUKSI Merupakan antar aksi ion dengan dipol terinduksi. Dipol
terinduksi merupakan molekul netral, menjadi dipol akibat induksi partikel
bermuatan yang berada didekatnya. Kemampuan menginduksi ion lebih besar
daripada dipol karena muatan ion >>> (lebih besar) Ikatan ini relatif
lemah karena kepolaran molekul terinduksi relatif kecil dari dipol permanen.
4. INTERAKSI DIPOL – DIPOL TERINDUKSI Molekul dipol dapat
membuat molekul netrallain bersifat dipol terinduksi sehingga terjadi antar
aksi dipol – dipol terinduksi.Ikatan ini cukup lemah sehingga prosesnya
berlangsung lambat.
5. ANTAR AKSI DIPOL TERINDUKSI – DIPOL TERINDUKSI (GAYA
LONDON) MEKANISME :
a. Pasangan elektron suatu molekul, baik yang bebas maupun
yang terikat selalu bergerak mengelilingi inti.
b. Electron yang bergerak dapat mengimbas atau menginduksi
sesaat pada tetangga sehingga molekul tetangga menjadi polar terinduksi sesaat.
c. Molekul ini pula dapat menginduksi molekul tetangga lainnya sehingga
terbentuk molekul – molekul dipole sesaat.
Gaya London ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
· Jumlah electron dalam
atom atau molekul Makin banyak electron yang dipunyai molekul makin besar gaya
londonnya.
·
Bentuk molekul Molekul yang memanjang/tidak bulat, lebih mudah menjadi dipole
dibandingkan dengan molekul yang bulat sehingga gaya disperse londonnya akan
semakin besar.
Ikatan Van der Waals juga ditemukan pada polymer dan
plastik. Senyawa ini dibangun oleh satu rantai molekul yang memiliki atom
karbon, berikatan secara kovalen dengan berbagai atom seperti hidrogen,
oksigen, nitrogen, dan atom lainnya. Interaksi dari setiap untaian rantai
merupakan ikatan Van der Waals. Hal ini diketahui dari pengamatan terhadap
polietilen, polietilen memiliki pola yang sama dengan gas mulia, etilen berbentuk
bentuk gas menjadi cairan dan mengkristal atau memadat sesuai dengan
pertambahan jumlah atom atau rantai molekulnya. Dispersi muatan terjadi dari
sebuah molekul etilen, C2H4, yang menyebabkan terjadinya dipol temporer serta
terjadi interaksi Van der Waals. Dalam kasus ini molekul H2C=CH2, selanjutnya
melepaskan satu pasangan elektronnya dan terjadi ikatan yang membentuk rantai
panjang atau polietilen. Pembentukan rantai yang panjang dari molekul sederhana
dikenal dengan istilah polimerisasi.


Gugus Fungsi
Suatu
senyawa organik adalah senyawa yang utamanya terdiri dari kombinasi atom C,H,
O, dan N. atom-atom tersebut berikatan dalam suatu konformasi unik dan
membentuk berbagai senyawa yang memiliki sifat dan fungsi khusus.
Sifat suatu zat merupakan suatu halyang sangat penting dan berkaitan erat
dengan penggunaannya. Sifat suatu zat biasanyaditentukan oleh suatu struktur
khusus pada molekul zat tersebut yang dikenal dengan gugusfungsional. Suatu zat
yang memiliki gugus fungsional berbeda.Beberapa gugus fungsional sering ditemui
pada senyawa organic adalah alcohol,aldehid, keton, asam karboksilat, ester,
dan benzene. Beberapa diantaranya dapat menghasilkan turunan senyawa seperti
fenol, amina, dan amida. Setiap gugus yang memilikisifat berbeda tentunya akan
mempunyai reaksi yang berbedapada suatu indikator. Olehkarena itu, zat tertentu
dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatugugus secara
kualitatif.(Elizabeth, 2010)
Gugus
Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompoksenyawa
dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai
kesamaangejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada pengelompokan
senyawa.(Fessenden, 1986)
Gugus
fungsional dalam molekul inilah yang terutama menentukan sifat senyawa itu. Ada
kalanya bahwa suatu senyawamempunyai lebih dari pada satu gugus fungsional.
Tentu saja dapat kita harapkan bahwa sifatsenyawa itu akan merupakan gabungan
dari sifat berbagai macam gugus fungsional yangdimilikinya.(Jahja, 1978)
Gugus fungsi adalah gugus atom yang menjadi ciri khas suatu
golongan senyawa karbon danmenentukan
sifat kimianya. Apabila suatu senyawa karbon mempunyai rumus molekul sama
dapatmenghasilkan isomer fungsional. Senyaw senyawa karbon yang saling
berisomer fungsional yaitu ;alkohol dengan ester, aldehid dengan keton dan
asam karboksilat dengan ester.Isomer posisi terjadi jika gugus fungsi yang
diikat berpindah dari posisi semula. Sedangkanisomer rangka atau rantai terjadi
jika gugus alkil yang diikat pada rantai induk berpindah dari posisisemula.(Waldjinah, 2012)
Efek induksi
Ikatan C-C dalam etana adalah nonpolar sempurna karena
ikatan tersebut menghubungkan dua atom yang ekuivalen. Akan tetapi ikatan C-C
dalam kloroetana terpolarisasi oleh adanya atom klor elektronegatif. Polarisasi
ini sebenarnya adalah jumlah dari dua efek. Pertama, atom C-1 telah kekurangan
sejumlah kerapatan elektronnya oleh elektronegativitas Cl yang lebih besar,
diganti secara parsial oleh ikatan C-C yang ada didekatnya mengakibatkan
polarisasi ikatan ini dan suatu muatan positif kecil pada atom C-2. Polarisasi
satu ikatan yang disebabkan oleh polarisasi ikatan tetangga disebut efek
induksi. Efek ini tidak hanya dirasakan oleh ikatan tetangga, namun dapat pula
berpengaruh sampai ikatan yang lebih jauh. Efek ini berkurang dengan
bertambahnya jarak. Polarisasi ikatan C-C menyebabkan pula sedikit polarisasi
tiga ikatan C-H metil.
Resonansi
Resonansi selalu menghasilkan perbedaan distribusi kerapatan
elektron bila dibandingkan dengan tidak adanya resonansi dalam suatu molekul.
Sebagai contoh, jika 19 adalah struktur nyata anilin, kedua pasangan elektron
bebas pada nitrogen akan sepenuhnya terletak pada atom tersebut. Tetapi karena
struktur nyata anilin bukanlah 19, tapi hibrida yang merupakan sumbangan dari
bentuk-bentuk kanonik seperti yang diperlihatkan maka kerapatan elektron bebas
tidak hanya terpusat pada nitrogen namun tersebar merata ke dalam cincin.
Penurunan kerapatan elektron pada satu posisi ini disebut efek resonansi atau
mesomeri. Dapat dikatakan bahwa NH2 berkontribusi atau mendonorkan elektronnya
ke cincin melalui efek resonansi, meskipun tidak ada kontribusi yang
benar-benar terjadi. Efek ini muncul dari fakta berubahnya posisi elektron dari
posisi yang diharapkan di mana resonansi tidak ada.
Di dalam amoniak di mana resonansi tidak ada, pasangan elektron bebas berlokasi pada nitrogen. Jika satu atom hidrogen pada amoniak diganti dengan cincin benzena maka 38 elektron akan tertarik oleh efek resonansi, persis sama dengan jika satu gugus metil menggantikan satu hidrogen benzena, elektron akan disumbangkan dari metil oleh efek medan. Ide pemberian atau penarikan elektron hanya muncul dari proses membandingkan suatu senyawa dengan senyawa yang sangat mirip, atau senyawa nyata dengan bentuk kanonik.
Hiperkonjugasi
Hiperkonjugasi. Jenis delokalisasi ketiga adalah yang
melibatkan elektron σ, dan disebut hiperkonjugasi. Jika suatu karbon yang
mengikat atom hidrogen dan terikat pada atom tak jenuh atau pada satu atom yang
mempunyai orbital bukan ikatan maka untuknya dapat dituliskan bentuk kanonik.
Tautomeri
Bagi kebanyakan senyawa, semua molekul mempunyai struktur
yang sama, apakah struktur tersebut dapat memuaskan atau tidak dinyatakan
dengan struktur Lewis. Tetapi ada juga senyawa lain yang ada dalam satu
campuran dari dua atau lebih senyawa yang secara struktural berbeda, dan
campuran berada dalam kesetimbangan yang cepat. Jika fenomena ini (disebut
tautomeri) ada maka ada pergeseran bolak-balik yang cepat antara
molekul-molekul yang kesetimbangan tersebut. Di dalam peristiwa ini ada proton
yang berpindah dari satu atom dalam satu molekul ke atom yang lain menjadi
molekul lain. Bentuk tautomeri yang paling umum adalah tautomeri antara senyawa
karbonil yang mengandung hidrogen-α dengan bentuk enolnya.
sumber
http://web.unair.ac.id/admin/file/f_12438_GAYAVANDERWAALS1.pdf
Efinda Putri Normasari Susanto [080913075]
Dr. Firdaus, M.S. LAPORAN PMR-PS FMIPA UNHAS HIBAH PEMBELAJARAN PENULISAN MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH KIMIA ORGANIK FISIS I
Fessenden,
Ralph J, 1986,Organic Chemistry (Edisi ke-2), Willard Grant Press
Publisher,USA.
Kristiani,
Elisabeth. (2010).Petunjuk Praktikum Kimia.Salatiga: UKSW
Ranawidjaja,Jahja,dkk.
(1978).Ilmu Kimia Untuk SMA Jilid 1.Jakarta: PN Balai Pustaka.
Waldjinah.
2012.Detik Detik Ujian Nasional Kimia.Klaten. Intan Pariwara.
http://prananto.lecture.ub.ac.id/files/2013/12/Ikatan-Hidrogen1.pdfhttp://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/Elektronegativitas_EtnaRufiati_12678.pdf
https://materi78.files.wordpress.com/2013/06/bgmol_kim1_3.pdf
Tolong berikan contoh untuk senyawa polar dengan penjelasan terhadap kepolaran yang saudara jelaskan diatas. Terimakasih :)
BalasHapusTerimakaskih sbelumnya, dari penjelasan diatas tentang kepolaran. Kepolaran senyawa itu sendiri adalah perilaku suatu zat yang menyerupai medan magnet, yaitu terdapat kutub sementara yang disebut dipol. Dipol dapat menyebabkan gaya tarik-menarik atau tolak-menolak dalam senyawa.
BalasHapusCIRI -CIRI SENYAWA POLAR :
Dapat larut dalam air dan pelarut lain
Memiliki kutub + dan kutub -, akibattidak meratanya distribusi elektron
– memiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui ) atau memiliki perbedaan keelektronegatifan.
Salah satu contoh senyawanya adalah H2O. Terimakasih :)
Terimakasih kak 😁
Hapusterima kasih kakak , engkau begitu menawan sehingga saya mengerti dengan penafsiran anda dan jg efektif dan gampang dipahami terimakasih kak siti .
BalasHapusMantap abg 👍
HapusMakasih min 😊 materinya sangat mendidik 👍
BalasHapusNice matery
BalasHapusMantap kak materinya
BalasHapusMakasih kak, bagus buat referensi
BalasHapusThanks min infonya, namun masukan aja, materi mengenai ikatan hidrogen dan kepolarannya diperbanyak lg :)
BalasHapuswahhh bermanfaat sekali kak, ditunggu yaa postingan selanjutnya
BalasHapusMateri yg sangat bagus kak . tp ada masukan jg nih kak, cuma banyakin aja contoh gambar" di tiap judul nya kak
BalasHapusMakasih kk,ditunggu postingan selanjutnya
BalasHapusmakasih min.. materi nya bagus. tapi, ditambahin lagi ya min tentang hiperkonjugasi, bedanya sama resonansi apa min? terimakasih.
BalasHapusTerima kasih atas penjelasannya, saya ingin bertanya mengenai gugus fungsi, berikan salah satu contoh gugus fungsi yang mempengaruhi sifat senyawa organik, dan faktor apa yang dapat mempengaruhi sifatnya? Mohon penjelasannya. Terima kasih
BalasHapusMaterinya sangat membantu.. tetapi sedikit saran,pada materi hiperkonjugasi sepertinya perlu dijelaskan lebih detail lagi ya agar pembaca yg lain dapat lebih paham. Terimakasih...
BalasHapusMksh kak bagus materi ny sngt membantu😊
BalasHapusTerimakasih materinya, maaf sebelumnya mungkin harus lebih diperbanyak lagi mengenai contoh contoh reaksi nya min..
BalasHapusTerima kasih buat materinya, semoga bermanfaat ,,,
BalasHapusapakah semua senyawa organik dpat bresonansi. emang apa sih syarat2 suatu senyawa agar dpat bresonansi?
BalasHapus