Kemampuan menarik yang
dimiliki suatu elektron disebut dengan gaya tarik-menarik. Adanya gaya
tarik-menarik ini memungkinkan terjadinya suatu ikatan. Ikatan kimia terjadi
karena adanya kecenderungan atom untuk memenuhi rumus duplet dan oktet dalam
konfigurasi elektronnya. Kecenderungan ini menyebabkan atom memiliki kemampuan
yang berbeda dalam menarik elektron.
Elektronegativitas
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan daya tarik-menarik atom pada
elektron dalam suatu ikatan. Bagaimanakah gaya tarik-menarik itu timbul? Suatu
atom dapat membentuk molekul atau ion karena adanya sifat elektronegativitas atau
daya atom menarik elektron. Daya tarik-menarik timbul karena adanya perbedaan
elektronegativitas pada suatu atom. Elektron yang berperan dalam hal ini adalah
elektron pada kulit terluar (elektron valensi). Perhatikan Gambar 1. ini.
Pada molekul HCl, atom
hidrogen mempunyai satu elektron pada kulit terluar, sehingga cenderung
memenuhi rumus duplet, yaitu dengan mencari 1 elektron lagi agar genap menjadi
dua. Di sisi lain, Cl memiliki 7 elektron pada kulit terluar dan cenderung
memenuhi rumus oktet dengan mencari 1 elektron lagi agar genap menjadi delapan.
Karena atom H baru memiliki 1 elektron, sementara atom Cl kekurangan 1
elektron, maka ketika jarak antara keduanya dekat, akan terjadi tarik-menarik
dan terbentuklah ikatan.
Perbedaan jumlah
elektron pada atom H dan Cl menyebabkan atom Cl mempunyai elektronegativitas
yang lebih tinggi karena jumlah elektron disekitar Cl lebih banyak. Jadi,
pasangan elektron yang tersebar di antara atom H dan Cl tidak terbagi merata.
Sisi atom Cl yang lebih negatif mengakibatkan atom H menjadi sisi positif dan
atom Cl menjadi sisi negatifnya. Sisi positif dinotasikan sebagai δ+ yang menyatakan
sebagian muatan positif dan sisi negatif dinotasikan δ- dengan yang menyatakan
sebagian muatan negatif.
Dalam molekul, muatan positif dan
negatif yang sama dipisahkan oleh jarak yang menunjukkan suatu dipol. Perbedaan
keelektronegatifan yang besar antar atom akan membentuk molekul yang bersifat
polar. Sebaliknya, apabila perbedaan keelektronegatifan antar atom kecil atau
nol, maka molekul yang terbentuk bersifat non polar.
Elektron pada suatu
atom mengalami pergerakan dalam orbital. Pergerakan atau perpindahan elektron
pada suatu atom dapat mengakibatkan tidak meratanya kepadatan elektron pada
atom, sehingga atom tersebut mempunyai satu sisi dipol dengan muatan lebih
negatif dibandingkan sisi yang lain. Pergerakan ini menimbulkan dipol sesaat.
Gambar 3. menggambarkan perbedaan sebaran elektron pada orbital normal dan
orbital yang mengalami dipol sesaat. Adanya dipol sesaat menyebabkan molekul
yang bersifat non-polar menjadi bersifat agak polar.
Gaya London adalah gaya tarik lemah yang disebabkan oleh adanya dipol imbasan sesaat.
Dipol sesaat pada
suatu atom dapat mengimbas atom yang berada di sekitarnya sehingga terjadilah
dipol terimbas yang menyebabkan gaya tarik-menarik antara dipol sesaat dengan
dipol terimbas. Gaya ini yang disebut sebagai Gaya London.
Lantas bagaimana Gaya London
mempengaruhi sifat fisis molekul ?
Pergerakan elektron
yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul akan bertambah besar
apabila molekul tersebut memiliki jumlah elektron yang semakin besar pula.
Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul disebut
polarisabilitas. Jumlah elektron yang besar berkaitan dengan massa molekul
relatif (Mr) molekul tersebut, sehingga semakin besar Mr suatu molekul, maka
semakin besar polarisabilitasnya dan semakin besar pula Gaya Londonnya.
Mudahnya suatu atom untuk membentuk dipol sesaat disebut polarisabilitas.
Pengaruh Gaya Antar
Molekul terhadap Sifat Fisis Senyawa
Gaya tarik-menarik antara muatan positif
dari dipol yang satu dengan muatan negatif dari dipol yang lain akan menentukan
sifat fisis molekul, seperti titik didih dan titik beku. Gaya tarik-menarik
juga menentukan bagaimana wujud suatu molekul, apakah berupa padatan, cair atau
uap. Gaya tarik-menarik yang besar antaratom memungkinkan molekul pada suhu
tertentu berbentuk padatan. Pada keadaan gas, molekul berdiri sendiri dan tidak
ada gaya tarik-menarik antarmolekul. Pada keadaan cair, akan dibutuhkan lebih
sedikit gaya tarik-menarik antarmolekul dibandingkan keadaan padatnya.
Perubahan bentuk molekul padatan menjadi
cair memerlukan energi yang besar untuk mengimbangi gaya tarik-menarik
tersebut. Energi ini ditunjukkan dengan titik cair (titik leleh) molekul.
Begitu pula untuk menguapkan molekul yang berupa cairan, diperlukan energi yang
ditunjukkan dengan titik didih. Maka, apabila gaya tarik antarmolekul besar, semakin
besar pula titik didihnya. Titik beku menunjukkan besarnya energi yang
dibutuhkan molekul untuk berikatan. Besarnya titik beku sebanding dengan gaya
yang terjadi antar molekulnya.
Referensi :
Premono, S. A. Wardani, dan N. Hidayati.
2009. Kimia : SMA/ MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta, p. 282.
http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/06/gaya-london-gaya-tarik-dipol-dipol.html